|
|
AIPHSS – Ria Febriany Arif |
PML Papua – Sutedjo, SKM, M.Kes |
|
|
AIPMNH |
Program MAMPU – Asken Sinaga |
|
|
Sister Hospital NTT |
|
|
|
|
AIPHSS – Ria Febriany Arif |
PML Papua – Sutedjo, SKM, M.Kes |
|
|
AIPMNH |
Program MAMPU – Asken Sinaga |
|
|
Sister Hospital NTT |
|
|
Beberapa hari setelah Forum Nasional V Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia, di Cape Town Afrika Selatan, diselenggarakan Third Global Symposium on Health Systems Research. Pertemuan ini merupakan yang ketiga setelah di Montreux (2010), dan Beijing (2012). PKMK FK UGM terlibat selama 3 kali pertemuan dengan mengikuti secara aktif. Forum ini memang menjadi acuan utama kegiatan pengembangan penelitian kebijakan dan sistem kesehatan di dunia.
Misi Simposium Health Systems Global adalah untuk mengumpulkan peneliti, pengambil kebijakan, dan pelaksana kegiatan di seluruh dunia untuk mengembangkan penelitian sistem kesehatan dan menggunakan kapasitas bersama untuk menciptakan, berbagi, dan menerapkan pengetahuan untuk memperkuat sistem kesehatan. Kegiatan ini diharapkan dapat mencapai visi dimana masyarakat, peneliti dan pengambil kebijakan global dapat saling terhubung sehingga dapat menyumbang ke status kesehatan yang lebih baik, keadilan yang lebih baik, dan juga kesejahteraan yang meningkat.
Tema Simposium ke-3 adalah:
Apa yang dimaksud dengan people-centred health system?
Menurut Skeih dkk di majalah Health Policy and Planning (2014), ada empat ciri people-centred health system:
Dengan tema ini, maka tujuan spesifik Simposium ke-3 ini adalah:
Struktur terdiri atas 2 hari pre-Simposium dan 3 hari Simposium. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan di International Convention Center di Capet Town yang indah, di dekat pelabuhan. Struktur Kegiatan dapat dilihat di bagian akhir artikel ini
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM mempunyai tradisi dimana setiap anggota yang pergi mengikuti kongres ilmiah di berbagai belahan dunia harus memberikan laporan tertulis mengenai kegiatan yang sedang diselenggarakan. Tradisi ini diperluas dengan menuliskan di berbagai web sehingga dapat dinikmati oleh seluruh peneliti, pelaku dan berbagai pihak yang terkait dengan kebijakan kesehatan.
Dengan demikian, akan ada kesempatan bagi pembaca yang tidak hadir di Cape Town dan berniat memahami apa yang terjadi, untuk mengikuti dari jauh. Diharapkan dana yang cukup besar untuk mengikuti kegiatan seperti ini dapat dimaksimalkan manfaatnya, tidak hanya oleh mereka yang berangkat.
Dalam pertemuan tahun ini, dengan tema masyarakat sebagai fokus utama sistem kesehatan, tim pelapor akan melakukan analisis bagaimana implikasi tema ini untuk Indonesia. Ada berbagai pertanyaan penting yang perlu dibahas:
Pembahasan-pembahasan ini akan dilakukan secara tertulis dengan judul implikasi bagi Indonesia. Diharapkan ada diskusi di web dalam hal implikasi ini.
Laporan ini tersusun atas laporan yang di-upload secara harian dengan mengacu pada sidang-sidang pleno sebagai materi utama pelaporan. Di samping itu ada berbagai satelit dan sesi-sesi parallel yang akan dilaporkan. Anda dapat mengikuti laporan ini dengan membuka web ini tiap hari. Silahkan mengikuti
![]() |
![]() |
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Salah satu factor penyebab gangguan jiwa ialah akibat putus cinta, lalu diikuti stres pekerjaan dan beban hidup lainnya. Hal ini disampaikan oleh Ners Muhammad Sunarto, M. Kep, Sp. Kep. J saat memaparkan “Peningkatan Kompetensi Perawat CMHN dan GP Plus dalam Meningkatkan Kemandirian dan Pemberdayaan Pasien Gangguan Jiwa Berat Pasca Pasung di NTB”. Tak disangka factor perasaan antar individu yang menjadi penyebab utama kasus gangguan jiwa di NTB.
Selain itu, pasien gangguan jiwa di NTB hanya dilayani oleh satu RSJ. Tantangan pelayanan yang dihadapi RSJ tersebut antara lain, melayani pulau Sumbawa dan NTB, akses terbatas, stok obat terbatas dan transportasi yang masih sangat kurang. Jika harus membawa pasien dari satu pulau ke pulau lain, akan sangat berbahaya karena pernah terjadi kasus pasien gangguan jiwa yang terjun ke laut. Namun, jika harus membawa pasien ke RSJ maka harus menempuh jarak yang sangat jauh bisa berhari-hari.
Muncul pula fakta lain bahwa pemasungan yang terjadi di NTB ada yang cukup memprihatinkan, dimana salah seorang pasien dibiarkan tetap menjadi sakit jiwa agar warisannya jatuh ke pihak tertentu. Atau ada juga yang sama sekali tidak terurus kebersihannya karena selama 15 tahun tidak dimandikan. Hal-hal seperti ini yang menggerakan perawat di RSJ untuk memberikan pelatihan pada rekan sejawatnya di Puskesmas. Selain care giver atau keluarga yang merawat pasien gangguan jiwa, dibutuhkan juga perawat di Puskesmas yang melayani pasien gangguan jiwa di wilayahnya. Jadi, yang terpenting staf Puskesmas memiliki empati tinggi untuk mendata dimana saja pasien jiwa tinggal dan bagaimana merawat mereka supaya hak-hak mereka terpenuhi (Wid).
{jcomments on}
Pendahuluan:
Indonesia menghadapi cukup banyak tantangan dalam mencapai target MDGs (4) dan MDGs (5). Data terakhir menunjukan kenaikan yang drastis pada Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) mengalami penurunan yang lambat (SDKI, 2012). Padahal tidak sedikit upaya kebijakan maupun program kesehatan yang telah digagas sebelumnya untuk dapat menyelesaikan permasalahan di bidang Kesehatan Ibu Anak (KIA). Maka evaluasi dan rekomendasi terhadap program KIA dari segi perencanaan hingga implementasinya menjadi fokus utama dalam Fornas ke V JKKI.
Era desentralisasi dan Jaminan Kesehatan Nasional juga menimbulkan tantangan tersendiri. Identifikasi faktor penghambat dan pendukung terhadap proses perumusan, pengembangan dan implementasi kebijakan KIA di era ini penting dilakukan. Minimnya alokasi anggaran pemerintah untuk program KIA dan belum terwujudnya integrasi antar lintas sektoral dan antara pusat – daerah merupakan sebagian dari kebutuhan akan perencanaan dan implementasi yang lebih strategis.
Diperlukan pengkaijan terhadap perencanaan kesehatan berdasarkan bukti serta analisa bottleneck yang telah ada di Indonesia. Peran para akademisi serta praktisi kesehatan saat ini untuk mendukung perbaikan perencanaan kesehatan di Indonesia melalui Investment Case, Sister Hospital, EMaS, Millennium Acceleration Framework (MAF), Microplanning Puskesmas dan ASIA diharapkan dapat menjadi sumber rekomendasi. Akselerasi antara pusat dan daerah dalam strategi menurunkan AKI, AKB dan AKABA di Indonesia harus diwujudkan. Melalui Fornas JKKI ke V ini selain pemaparan akan evaluasi hingga rekomendasi program dan kebijakan KIA diharapkan dapat terbangun jaringan peneliti dan pengamat kebijakan KIA di Indonesia yang mampu saling berkoordinasi.
Terdapat ageda pelatihan penyusunan policy brief hari ke-3, dengan tujuan menghasilkan policy brief untuk pemerintahan yang baru. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pemerintahan yang baru agar dapat merumuskan kebijakan dengan landasan yang kuat melalui pertimbangan rekam jejak program maupun kebijakan yang telah atau sedang berlangsung di Indonesia. Penentuan program dan kebijakan baru maupun keberlanjutan dari yang telah terlaksana dilakukan melalui tahap perolehan rekomendasi dari para peneliti dan pemerhati kebijakan KIA sebagai bentuk sumbangsih kepada bangsa. Sehingga diharapkan melalui Fornas V JKKI ini akan tercipta bentuk komunikasi yang terarah dan strategis antara pembuat rekomendasi (peneliti dan pengamat) dengan pemangku kepentingan. Berbagai rekomendasi (program maupun penelitian) dapat teridentifikasi dengan jelas terutama penyusun kebijakan KIA di masa mendatang.
Tujuan:
Waktu Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Forum Nasional V Jaringan Kebijakan Kesehatan.
Hari, tanggal : Rabu – Jumat, 24 – 26 September 2014
Tempat : Hotel Trans Luxury, Bandung
Agenda Kegiatan:
Waktu |
Keterangan Acara dan Ruangan |
||
24 Sept 2014 |
Ruangan: Tentative |
||
07.30 – 08.00 |
Registrasi Peserta Forum Nasional |
||
08.00 – 09.00 |
Laporan Ketua Panitia Laporan Ketua Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Pembukaan oleh Rektor Universitas Padjajaran |
Dr. dr. Deni K Sunjaya, DESS Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA |
|
09.00 – 10.00 |
Keynote speech: |
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas) |
|
10.00 – 10.30 |
Coffee Break |
||
10.30 – 12.00 |
Sesi Panel 1 –Pencapaian MDGs |
||
12.00 – 13.30 |
Lunch Break |
||
13.30 – 15.00 |
Sesi Poster 1 Presentasi Abstrak KIA |
||
Sesi Paralel 1 : Kebijakan KIA |
|||
Ruangan: Tentative |
|||
Tantangan Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia: Pemaparan Hasil Penelitian Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia
|
Dr.Dra. Atik Tri Ratnawati, MA Dr. Siti Nurul Qomariah, PhD Juanita Abubakar, MM Stefanus Bria Seran, MD, MPH Dr. Hartanto Hardjono, MMedSc Dr. Marcia Soumoukil , MPH |
||
Moderator |
Prof. Dr. dr. Alimin Maidin, MPH |
||
Pembahas |
dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc.. dan Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, PhD (Bappenas) |
||
15.00 – 15.30 |
Coffe Break |
||
15.30 – 17.00 |
Sesi Paralel 2 : Kebijakan KIA |
||
Ruangan : Tentative |
|||
Pembelajaran dari inisiatif perencanaan dan penganggaran untuk sektor KIA
|
Ir. Agustinus Bagio, M. MT dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA Agustinus Hake Drg. Alloysius Giyai, M.Kes Hikmah, ST, Msi Dr. Arum Atmawikarta, MPH |
||
Moderator |
dr. Tiara Marthias, MPH |
||
Pembahas |
Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, PhD (Bappenas) dr. Azhar Jaya, SKM, MARS (Biro Perencanaan dan Anggaran Kementrian Kesehatan RI) |
||
25 Sept 2014 |
Ruangan: Tentative |
||
07.30 – 08.30 |
Registrasi Peserta |
||
08.30 – 10.00 |
Sesi Pleno 2 – Diskusi Panel Monitoring dan Evaluasi JKN |
||
10.00 – 10.30 |
Coffee Break |
||
10.30 – 12.00 |
Sesi Pleno 3 – Universal Coverage Lesson Learnt from Several Countries |
||
12.00 – 13.30 |
Lunch Break |
||
13.30 – 15.00 |
Sesi Pleno 4 – Diskusi Panel Lesson Learn: Pelaksanaan JKN di berbagai daerah di Indonesia |
||
13.30 – 15.00 |
Rencana Kegiatan Fornas JKKI Selanjutnya |
||
15.30 – 16.00 |
Coffee Break |
||
16.00 – 17.30 |
Sesi Paralel 4 Kebijakan KIA |
||
Ruangan : Tentative |
|||
Presentasi Free Paper: Paper 1: |
Presenter Niniek Lely Pratiwi, Hari Basuki |
||
Paper 2: |
Deni Harbianto, et al. |
||
Paper 3: |
Nurul Khotimah |
||
Paper 4: |
Esti Hitatami dkk |
||
Paper 5: |
Krispinus Duma |
||
Paper 6: |
Herlin Pricilia Pay |
||
Paper 7: |
Dwi Endah, SKM |
||
Moderator |
Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg.,MS |
||
17.30 – Selesai |
Penutupan |
||
26 Sep 2014 |
Ruangan: Tentative |
||
08.00 – 15.00 |
Pelatihan Penulisan Policy Brief: (Tim Pokja KIA mengikuti workshop) |
||
15.00 – 16.00 |
Penutupan Forum Nasional |
Peserta
Forum ini mengundang para para pengambil kebijakan, akademisi (dosen, staf pengajar), peneliti, praktisi kebijakan kesehatan, atau semua pihak yang tertarik dengan kebijakan Kesehatan Ibu Anak (KIA) untuk mengikuti kegiatan ini.
Keterangan lebih lanjut:
Wisnu Firmansyah
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2, FakultasKedokteran UGM
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Ph. /Fax : +62274-549425 (hunting)
Mobile :+62 812 15182789
Email :airishwisnu@gmail.com; fjkki2013@gmail.com;
Website : www.kebijakankesehatanindonesia.net
PENDAHULUAN
Jaminan Kesehatan Nasional sebagai amanat UU No 40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah terselenggara di Indonesia pada awal 1 Januari 2014. Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menyebabkan reformasi pembiayaan kesehatan di Indonesia. Tujuan JKN yaitu tercapainya keadilan pelayanan kesehatan. Kebijakan JKN ini untuk mendorong terpenuhinya ketidakmerataan di berbagai wilayah di Indonesia terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan akses pelayanan kesehatan karena kondisi geografis yang berbeda. Di lain pihak, UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan mengatur besaran anggaran kesehatan pusat yaitu 5 persen dari APBN di luar gaji, sedangkan APBD Propinsi dan Kab/Kota adalah 10 persen di luar gaji, dengan peruntukannya 2/3 untuk pelayanan publik. Hal yang menarik adalah anggaran pemerintah pusat dari tahun ke tahun yang rawan akan pemotongan anggaran karena keterbatasan celah fiskal.
Sumber pembiayaan di Indonesia (2005-2011) dari data NHA 2013 (Soewondo et. al. 2013) mengalami dinamika yang menarik. Peningkatan sumber anggaran ini terutama diarahkan untuk biaya pengobatan (kuratif), namun bagaimana dengan anggaran untuk program promotif dan preventif. Penelitian di berbagai propinsi menunjukkan bahwa pembiayaan untuk pelayanan kesehatan preventif dan promotif masih rendah (data dari studi PHCFBS dan PBB). Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah daerah menganggap bahwa pelayanan kesehatan preventif dan promotif di tingkat primer merupakan tanggung jawab pusat. Akibatnya di berbagai daerah, APBD untuk operasional Puskesmas hampir tidak ada.
Dalam situasi pembiayaan kesehatan yang dinamis ini, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia yang dimulai sejak 1 Januari tahun 2014 memberikan andil yang besar terhadap reformasi sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. JKN diharapkan secara bertahap menjadi tulang punggung untuk mencapai Universal Health Coverage di tahun 2019 sebagaimana diamanatkan Undang-Undang. Beberapa isu penting pada pembiayaan JKN ini yaitu apakah manfaat JKN dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah dan apakah anggaran investasi kesehatan meningkat baik di level k-Kementrian k-Kesehatan maupun di pemerintah daerah. Investasi kesehatan yang dimaksud adalah infrastruktur, peralatan, dan investasi sumber daya manusia. Situasi ini akan dibahas dalam sesi-sesi khusus untuk Monitoring Jaminan Kesehatan Nasional dengan pertanyaan kritis: Apakah JKN akan memperburuk situasi pemerataan pelayanan kesehatan di Indonesia?
Untuk mendukung rekomendasi kebijakan pembiayaan kesehatan dapat disosialisasikan dengan baik, forum JKKI ini juga mengagendakan penyusunan policy brief pada hari ke-3. Tujuan pelatihan ini adalah menghasilkan berbagai policy brief untuk pemerintahan yang baru.
Peran pemerintah, akademisi, peneliti, pemerhati kesehatan, dan masyarakat saat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung berjalannya JKN di Indonesia serta membantu penyempurnaan sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Akselerasi antara pusat dan daerah dalam strategi pemerataan dan keadilan pelayanan kesehatan di Indonesia harus diwujudkan. Melalui Fornas JKKI ke V ini selain pemaparan evaluasi JKN dan rumusan rekomendasi program dan kebijakan pembiayaan kesehatan, forum ini diharapkan dapat membangun jaringan peneliti dan pengamat kebijakan pembiayaan kesehatan di Indonesia yang saling berkoordinasi.
TUJUAN
WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Forum Nasional V Jaringan Kebijakan Kesehatan.
Hari, tanggal :Rabu – Jumat, 24 – 26 September 2014
Tempat :Komplek Trans Studio, Bandung
Agenda Kegiatan:
Waktu |
Keterangan Acara dan Ruangan |
|
24 September 2014 |
Ruangan: Tentative |
|
07.30 – 08.00 |
Registrasi Peserta Forum Nasional |
|
08.00 – 09.00 |
Laporan Ketua Panitia Laporan Ketua Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Pembukaan oleh Rektor Universitas Padjajaran |
Dr. dr. Deni K Sunjaya, DESS Prof. Dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA |
09.00 – 10.00 |
Keynote speech: Kendala Pencapaian MDGs di Indonesia |
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas) |
10.00 – 10.30 |
Coffee Break |
|
10.30 – 12.00 |
Sesi Pleno 1 – Pencapaian MDGs Moderator: Irvan Afriandi, dr., MPH.,DrPH Studi Komparatif Pencapaian MDGs dan Universal Coverage Antar Negara di Kawasan ASEAN Tantangan Kebijakan Pasca MDGs 2015 Perspektif Interdependensi Global Agenda Pasca MDGs 2015 Sesi Pleno 2 – Penguatan sistem kesehatan dalam Pencapaian MDGs Moderator: Ilsa Nelwan, dr., MPH. Critical Issues in Strengthening Health System: a Health Sector Review Current Evidences in Indonesian Health Systems Strengthening Regulasi Penguatan Sistem Kesehatan di Indonesia Transformasi Pendidikan Tinggi Kesehatan dalam Memperkuat Sistem Kesehatan untuk Akselerasi Percepatan Pencapaian MDGs |
Speaker: Dr. Deni K Sunjaya, dr., DESS (Fakultas Kedokteran Unpad) Dr. Anung Sugihantono,dr.,M.Kes (Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemkes RI Prof. Dr. Nila Moeloek, dr., SpM (Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs)
Dr. Nina Sardjunani,dra.,MA (Deputi Menneg PPN/Kepala Bappenas Bid. SDM & Kebudayaan) John Leigh (Australia-Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening) Sekretaris Jenderal Kemkes RI Dr.Elsa P Setiawati, dr.,MM (Fakultas Kedokteran Unpad) |
12.00 – 13.30 |
Lunch Break |
|
13.30 – 14.15 |
||
Sesi Paralel 1 : Kebijakan Pembiayaan |
||
Ruangan: Tentative |
||
Primary Health Care Financing and Expenditure Bottleneck Study (20′) Moderator : Dr.Dumillah Ayuningtyas, dra.,MARS |
Speaker M. Faozi Kurniawan, SE., Akt ., MPH Pembahas: Drg. Tini Suryanti Suhandi |
|
Diskusi (25’) |
|
|
14.15– 15.00 |
Analisis Peran Pemerintah dalam Implementasi JKN |
Putu Astri Dewi Miranti |
Potensi Peran Lembaga Sosial dalam Sistem Kesehatan di Era JKN |
Hilmi Sulaiman Rathomi | |
Kajian Media: Analisis Awal Penyelenggaraan JKN |
Budi Eko Siswoyo | |
Analisis Kebijakan dan Hubungan Purchaser dengan Providers dalam Era JKN di Indonesia tahun 2014 |
Vini Aristianti, dkk | |
Advokasi Keberlanjutan Program Jaminan Kesehatan dengan Pendekatan Ekonomic Lost (Studi Kasus Keberlanjutan Program JPKMU dalam BPJS Kesehatan di Provinsi Sulawesi Barat) |
Kasman Makassau | |
Utilisasi Jaminan Kesehatan Di Wilayah Timur Indonesia Analisis Berdasarkan IFLS 2012 |
Haerawati Idris | |
Diskusi |
||
15.00 – 15.30 |
Coffe Break |
|
15.30 – 16.15 |
Sesi Paralel 2 : Kebijakan Pembiayaan Kesehatan |
|
Ruangan : Tentative |
||
Pembelajaran dari Hasil Penelitian Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Studi NHA di Indonesia (20′) |
Speaker Prastuti Soewondo, SE, MPH, PhD Marianus Sae (Bupati Ngada) |
|
Diskusi Diskusi (25’) |
Moderator: Sharon Gondodiputro, dr., MARS., MH |
|
16.15-17.00 |
Public Health Insurance in Eastern Indonesia: Is It True Benefit? (Analysis of Indonesian Family Life Survey Data East 2012) |
Isak Iskandar
|
Gambaran JKN di Kalimantan Timur Menuju UHC |
Rahmat Bakhtiar dan Krispinus Duma | |
Perbandingan Sistem Pembiayaan Sebelum dan Sesudah JKN di Kabupaten Kuningan tahun 2014 |
Cecep Heriana | |
Masyarakat Meragukan Mutu Layanan Kesehatan Gratis: Persepsi Masyarakat terhadap Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Jawa Timur |
Nurul Jannatul F |
|
Tantangan dan Skenario Pelaksanaan Kebijakan JKN di Wilayah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (Studi Kasus di Wilayah Provinsi NTT |
Dominirsep O Dodo |
|
Pelaksanaan Program BPJS Kesehatan di Puskesmas Martapura |
Fauzie Rahman, dkk
|
|
25 September 2014 |
||
07.30 – 08.30 |
Resume Hari 1 |
|
08.30 – 10.00 |
Sesi Pleno 3 – Diskusi Panel Monitoring dan Evaluasi JKN Moderator: Prof.Dr.HM. Alimin Maidin, dr., MPH Pembicara: Donald Pardede, dr., MPPM (Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemkes RI) Dr. Fachmi Idris, dr., M.Kes (Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan) Dr. Chazali H Situmorang, Apt., M.Sc.PH (Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional) |
Pembahas: Prof.dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., PhD (UGM) Dr. Henni Djuhaeni, dr., MARS (UNPAD) |
10.00 – 10.30 |
Coffee Break |
|
10.30 – 12.00 |
Sesi Pleno 4 – Universal Coverage Lesson Learnt from Several Countries Achieving Universal Coverage: Lesson Learnt Achieving Universal Coverage: Lesson Learnt from Thailand Implementation of Universal Coverage in Indonesia: Space for Improvement |
Speaker: John L (Wordl Bank) Viroj Tangcharoensathien Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH., DrPH |
12.00 – 13.30 |
Lunch Break |
|
13.30 – 15.00 |
Sesi Pleno 5 – Diskusi Panel Lesson Learnt: Pelaksanaan JKN di berbagai daerah di Indonesia Studi Kasus di Jabar Studi Kasus di Prov NTT Studi Kasus di DKI Jakarta Studi Kasus di Kab. Bintuni Papua Barat |
Speaker: Tim Dept IKM FK UNPAD dan DInkes Prop Jabar Tim IKM FKM UNDANA Ka Dinkes Prop. DKI Jakarta Ka Dinkes Kab Bintuni/Eka Suraji, dr., PhD |
15.00 – 15.30 |
Rencana Kegiatan Fornas JKKI Selanjutnya |
|
15.30 – 16.00 |
Coffee Break |
|
16.00 – 16.55 |
Sesi Paralel 3 Kebijakan Pembiayaan Kesehatan |
|
Ruangan : Tentative |
||
Free Paper 7 |
||
Free Paper 8 |
||
Free Paper 9 |
||
17.00-17.30 |
Resume Akhir |
|
17.30 – Selesai |
Penutupan |
|
26 September 2014 |
Ruangan: Tentative |
|
08.00 – 15.00 |
Pelatihan Penulisan Policy Brief: (Tim Pokja Pembiayaan Kesehatan mengikuti workshop) |
|
15.00 – 16.00 |
Penutupan Forum Nasional |
PESERTA
Forum ini mengundang para para pengambil kebijakan, akademisi (dosen, staf pengajar), peneliti, praktisi kebijakan kesehatan, atau semua pihak yang tertarik dengan kebijakan Pembiayaan Keseghatan di Indonesia untuk mengikuti kegiatan ini.
Keterangan lebih lanjut:
Wisnu Firmansyah
Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Gedung IKM Sayap Utara Lt. 2, FakultasKedokteran UGM
Jl. Farmako, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Ph. /Fax : +62274-549425 (hunting)
Mobile :+62 812 15182789
Email :airishwisnu@gmail.com; fjkki2013@gmail.com;
Website : www.kebijakankesehatanindonesia.net
PKMK kembali menggelar Diskusi Bulanan untuk para peneliti dan konsultannya. Kali ini, diskusi yang diangkat terkait dengan upaya pembelajaran online dan program KB. Diskusi diawali dengan sedikit gambaran dari dr. Rossi Sanusi, MPA, PhD. Pertemuan kedua, KM ialah cara menyampaikan info yang tepat pada waktu yang tepat. Supaya mempunyai daya saing yang lebih unggul. Melalui pelatihan, mentoring, wawancara untuk menggali orang yang lebih tahu.
Banyak langkah yang dilakukan untuk menyebarluaskan KM ini. Beberapa diantaranya: Mekanisme sederhana (lokakarya, magang dan sebagainya), melalui teknologi informasi (TI), process mapping dan conceptual frameworks serta communities of practices (COP). Apa yang dimaksud dengan COP? Seperti dijelaskan oleh Jean Lave dan Etiene Wanger, komunitas ini merupakan kelompok yang bekerja dalam suatu keahlian. Kemudian secara alami mereka tumbuh karena minat yang sama, atau khusus dibentuk untuk menambah pengetahuan, melalui berbagi informasi, dan pengalaman bersama.
Ini merupakan contoh best practice yang didanai USAID di bidang nurses, nursing dan mid wivery. dra. Retna Siwi Padmawati, MA kemudian memaparkan, program untuk pendidikan pekerja kesehatan yang fokus pada pengetahuan, bergantung pada resources dan pada materi yang tidak mudah diterapkan.
Poin penting yang digali oleh tema ini antara lain,
Retna Siwi menyatakan usulan untuk pengembangan tema ini, tema family planning terlalu sederhana, maka harus diintegrasikan pada yang lebih besar dan agar tujuan pembelajaran yang terukur. Analisis selanjutnya, dunia kedokteran masih membutuhkan kompetensi non klinik misalnya: supply, logistik, manajemen dan lain-lain. Lalu diperlukan integrasi antar subjek dan tahun penelitian. Kadang apa yang disiapkan saat belajar tidak sesuai dengan kebutuhan saat kerja.
Preview penelitian ini 273 individu dan 65%-nya dari Asia, Afrika dan Amerika Tengah. Hampir pada seluruh kasus HIV/AIDS, tidak ada hubungan antara teori dan praktek, banyak instructor yang tidak menyediakan clinical services. Karena keterbatasan akses, kita bisa gunakan gateaway/internet.
Diskusi:
Trisasi (MMR UGM) menanyakan KB masih dipersepsikan berbeda, edukasinya: caranya bagaimana? Artikel ini 49 negara dengan 273 individu: partisipan ini sedikit, apakah ini mewakili keberhasilan program KB di negara masing-masing? KB ini banyak menyangkut faktor social agama yang mempengaruhi. Masalah sosial apa yang dihadapi para educator di beda benua.
Retna Siwi menjelaskan, jadi yang diteliti atau educator disini seperti mendaftar secara volunteer. Mereka tertarik dengan tema pendidikan online family planning. Riset ini mengikuti John Hopkins, karena terjadi ilmiah, maka siapapun bisa berkomentar. Educators nya juga belum jelas. Maka, ketika dicermati, penelitian ini untuk sharing (perilaku, cara berkomunikasi dan lain-lain) atau training (dari pengajar). Lebih jauh dalam artikel dikatakan bahwa penelitian ini lebih banyak ke sharing hasil diberlakukannya family planning.
Selengkapnya, silakan simak di sini:
Sharing best practices through online communities of practice: a case studyAnnamma Thomas, Grace P Fried, Peter Johnson, Barbara J Stilwell Human Resources for Health 2010, 8:25 (12 November 2010) Abstract | Full text | PDF